Bahasa Banjar Anjing – Ada beberapa masalah dengan artikel ini. Tolong bantu kami menyelesaikan masalah ini atau diskusikan masalah ini di halaman pembicaraan kami. (Pelajari bagaimana dan kapan menghapus template pesan ini)
Referensi tambahan diperlukan untuk memastikan kualitas artikel ini. Mohon bantu pengembangan artikel ini dengan menambahkan referensi sumber terpercaya. Pernyataan yang tidak bersumber dapat ditentang dan dihapus. Cari sumbernya:”Bahasa Banjar” – Berita · Koran · Buku · Cendekiawan · JSTOR (Oktober 2018)
Bahasa Banjar Anjing
Artikel ini harus disusun sesuai standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan kembangkan artikel ini sebanyak mungkin. Pengorganisasian suatu artikel dapat dilakukan dengan cara menghapusnya atau membaginya menjadi beberapa paragraf. Setelah terorganisir, silakan hapus template ini. (Pelajari bagaimana dan kapan harus menghapus pesan template ini)
Cegah Rabies, Rawat Hewan Peliharaan
Artikel ini mungkin berisi penelitian asli. Memeriksa pernyataan tertulis Anda dan menambahkan referensi dapat membantu Anda memperbaikinya. Pernyataan berdasarkan penelitian asli harus dihapus. (Pelajari bagaimana dan kapan harus menghapus pesan template ini)
Cari artikel bahasa Cari berdasarkan kode ISO 639 (percobaan) Bidang pencarian ini tidak didukung di semua antarmuka.
Banjar (Bahasa Banjar: Basa Banjar atau Pandir Banjar) adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Banjar, masyarakat adat yang berasal dari wilayah Banjar Kalimantan Selatan, Indonesia.
Beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Banjar termasuk dalam kelompok bahasa Melayu di Kalimantan bagian timur. Kelompok Kalimantan Timur memiliki dua kelompok: Kalimantan Utara dan Kalimantan Tenggara. Di Kalimantan bagian tenggara, akhirnya muncul satu cabang yang menjadi asal muasal bahasa Berauan dan Kutai, dan cabang lainnya yang disebut kelompok Kalimantan Selatan, berasal dari bahasa Banjar dan Bukit. Beberapa dialek Melayu di Kalimantan hanya menggunakan tiga vokal terbawah. Artinya, /i/; /u/ ; /semua/. Collin (1991) menemukan fenomena penggabungan huruf vokal e dan a menjadi /a/ dalam bahasa Berau dan dialek lain di pulau Kalimantan bagian timur, yaitu dialek Banjar dan Kutai (Kota Bangun).
Dalam Sebulan Terjadi 293 Kasus Gigitan Hewan Pembawa Rabies Di Sumatera Barat
Di tanah air Kalimantan Selatan, bahasa lisan sastra Banjar terbagi menjadi dua dialek besar: Banjar Kuala dan Banjar Hulu. Sebelum bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, masyarakat Banjar berbicara, menulis, dan mengarang menggunakan bahasa Melayu Banjar yang ditulis dengan aksara Arab. Tulisan atau aksara yang digunakan biasanya aksara Arab gundul atau tulisan Melayu (versi Banjar). Semua naskah kuno tulisan tangan seperti Syair, Syair Siti Zubaah, Syair Tajul Muluk, Syair Burung Karuang bahkan Hikayat Banjar dan Tutur Candi juga menggunakan aksara Arab Melayu (versi Banjar).
Karena statusnya sebagai lingua franca, maka penutur bahasa Banjar lebih banyak dibandingkan suku Banjar itu sendiri. Selain di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang semula merupakan bahasa etnis menjadi lingua franca komunikasi antar suku di daerah lain yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, serta di Riau wilayah Kabupaten Indragiri Hilir. .
Di Kalimantan Tengah, tingkat pelestarian bahasa Banjar sangat tinggi sehingga tidak hanya bertahan di masyarakat sendiri, tetapi juga menggantikan bahasa masyarakat Dayak.
Penyebaran bahasa Banjar sebagai lingua franca ke luar tanah kelahirannya memunculkan varian bahasa Banjar daerah, yaitu interaksi antara bahasa Banjar dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Samarinda.
Wanita Pemberi Makan Anjing Anjing Liar Di Kawasan Sanur
Kumayer dkk. Di kawasan hulu Sungai Barito, atau daerah yang sering disebut kawasan Barito Raya (Tanah Dusun), dapat dijumpai bahasa Banjar dengan versi logat Barito-nya. Misalnya saja di kota Tamiang Layang, bahasa Banjar dituturkan bersama dengan bahasa Dayak. Aksen Maya.
Penggunaan bahasa Banjar lebih dominan dibandingkan bahasa Indonesia dalam percakapan dan interaksi sehari-hari di wilayah Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Berbagai suku di Kalimantan Selatan, bahkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, berusaha menguasai bahasa Banjar. Melalui ini kita juga dapat menemukan bahasa Dayak, Bugis, Jawa, dan Banjar yang diucapkan dengan logat Madura.
Bahasa Banjar juga masih digunakan di beberapa pemukiman suku Banjar di Malaysia, seperti Kampung (desa) Parit Abas, Mukim (kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian dan Negeri Perak Darul Rzuan.
Bahasa Banjar bukanlah bahasa yang terancam punah karena masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar dan pendatang.
Kamus Melanau Dalat
Fonologi[sunting | Sumber Sunting ] Kamus Banjar Kuno dan Etimon Austronesia [ Sunting | Sunting sumber ]
Salah satu hasil penelitian bahasa Indonesia oleh para sarjana Barat yang sangat berharga bagi perkembangan linguistik Indonesia adalah rekonstruksi bahasa Indonesia kuno yang disebut Purba Austronesia atau Proto-Austronesia (PAN). Bahasa daerah yang ada saat ini seperti bahasa nusantara di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali mencerminkan PAN. Kajian (Kawi: 1993, Refleksi Etimon Proto-Austronesia dalam Bahasa Banjar) merupakan pencerminan fonem Proto-Austronesia (PAN), yang menggambarkan manifestasi bentuk reflektif, gejala perubahan bunyi fonetik, dan tanda-tanda perubahan fonologis. Memberikan informasi tentang perekaman. struktur. Menurut persepsi mereka, Ethymon Proto-Otronesia masih sepenuhnya tercermin dalam bahasa Banjar. Secara umum, fonem-fonem Etimon Proto-Austronesia umumnya diwariskan tanpa perubahan, kecuali fonem *z> j, v>. w. b>b, w, q>, h, g, k,
Data linguistik yang diperoleh dari buku English Finderlist of Reconstruction in Austronesian Languages (post-branstetter) karya Wurm dan Wilson (1978) dengan jelas menunjukkan bahwa bahasa Banjar berasal dari bahasa kuno yang disebut Proto Austronesia. Kawi dan Effendi (2002) membandingkan kosakata Proto-Austronesia dengan kosakata Banjar dan menemukan bahwa terdapat banyak kosakata yang identik atau serupa, dan berdasarkan persamaan dan kemiripan tersebut, mereka dapat menyimpulkan bahwa bahasa Banjar merupakan keturunan langsung dari bahasa tertua. . Disana ada. Austronesia (Proto-Austronesia).
Kontribusi Melayu Banjarmasin berperan penting dalam membentuk kembali Proto-Melayu. Bukti fonologis yang ditemukan Wolfe dapat berkontribusi dalam merekonstruksi keberadaan sistem aslinya, yaitu sistem empat vokal bahasa Melayu Banjarmasin.
Seperti Kisah Hachiko, 2 Anjing Di Gianyar Bali Tunggui Jenazah Majikan
Kemiripan leksikal antara bahasa Banjar dengan bahasa lain adalah 73% dalam bahasa Indonesia [ind], 66% dalam bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dalam bahasa Bakumpai [bkr], dan 35% dalam bahasa Ngaju [nij].
Wurm dan Willson (1975) menemukan bahwa kekerabatan antara bahasa Melayu dan bahasa Banjar mencapai 85%. Menurut penelitian Zaini HD, hubungannya dengan bahasa Maanyan sekitar 32% dan hubungannya dengan bahasa Ngaju 39%. Banjar berkaitan dengan bahasa yang digunakan oleh suku Kedayan (dialek Brunei), terpisah selama 400 tahun, dan Banjar sering disebut Banjar Melayu.
Bahasa Banjar terbagi menjadi dua dialek besar: dialek Banjar Hulu dan dialek Banjar Kuala. Perbedaan utama antara kedua dialek tersebut adalah fonologi dan kosa kata, namun struktur sintaksisnya juga sedikit berbeda. Banjar Hulu hanya mempunyai tiga huruf vokal: /i/, /u/, dan /a/. Jika suatu kata mengandung huruf vokal selain huruf ketiga, maka salah satunya diganti dengan huruf asing, berdasarkan kedekatan tinggi dan kualitas vokal lainnya.
Tidak ada referensi atau sumber terpercaya dalam bab atau bagian ini, sehingga isinya tidak dapat diverifikasi. Mohon bantu penyempurnaan artikel ini dengan menambahkan referensi yang sesuai. Jika tidak ada referensi sumber terpercaya berupa catatan kaki atau link luar, maka bab atau bagian ini akan dihapus.
Suatu Senja Di Pantai Batu Belig, Seorang Perempuan Dan 50 Anjing
Misalnya, ketika seorang penutur bahasa Banjar mencoba mengucapkan kata bahasa Inggris “logo”, maka pengucapannya seperti kata bahasa Indonesia “innocent”. Kata Indonesia “Orang” diucapkan “Urang”. Kata “kemana” diucapkan dan sering diucapkan “kamana”. Keistimewaan lain dari dialek Banjar Hulu adalah kata-kata yang dimulai dengan huruf vokal kebanyakan diucapkan /h/ di awal kata. Penambahan /h/ juga bisa diucapkan secara ejaan.
Peta sebaran masyarakat Banjar di berbagai daerah. Meskipun suku Banjar telah merantau ke berbagai daerah, namun mereka tetap menggunakan bahasa Banjar dan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Wilayah perantauan masyarakat Banjar yang masih menggunakan bahasa Banjar sebagai bahasa ibu adalah di Sumatera dan Malaysia Barat.
Secara geografis, suku ini awalnya mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan saat ini, namun seiring berjalannya waktu, perpindahan atau percampuran populasi dan budaya menyebabkan suku Banjar dan bahasa Banjar menyebar luas ke wilayah pesisir tengah. Mereka juga dapat ditemukan di beberapa tempat di Pulau Sumatera yang telah lama menjadi pemukiman perantau Banjar, seperti di Kalimantan dan Kalimantan Timur, Muara Tungkal, Tembilahan dan Sapat.
Meski karena pertimbangan politik suku Banjar Malaya disebut Melayu, namun di luar Malaya, termasuk Sabah, Sarawak dan Tawau, mereka tetap menyebut dirinya suku Banjar.
Nabrak Anjing Sampai Mati
Bahasa Banjar dituturkan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Akibat pertambahan penduduk, bahasa Banjar mencapai Kutai dan wilayah Kalimantan Timur lainnya.
Selain di wilayah Banjarmasin dan Hulu Sungai, bahasa Banjar terlokalisasi di wilayah Pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan wilayah Sampit yang secara administratif merupakan bagian dari provinsi Kalimantan Tengah saat ini.
Migrasi suku Banjar dibandingkan dengan pendatang dari daerah lain, seperti migran Minang, Bugis, dan Madura, yang pada umumnya masih mempunyai ikatan yang kuat dengan daerah asal dan kerabat dari daerahnya. Polanya berbeda. Para pendatang dari Banjar cenderung merantau. Artinya, mereka tidak lagi berhubungan dengan orang-orang di daerah asalnya, tidak banyak berkorespondensi, tidak banyak pulang ke daerah asal, tetapi tidak meninggalkan kampung halaman sama sekali. Ciri khas bahasa Banjar yang cenderung dipertahankan oleh masyarakat Banjar adalah penggunaan bahasa Banjar. Bahasa Banjar dapat dipertahankan dengan membangun pemukiman khusus bagi masyarakat daerah Banjar di negeri asing, sehingga mereka dapat mempertahankan bahasa Banjar di rumah dan desa barunya. Kalau bicara bahasanya, orangnya Banjaran. Bahasa Banjar pada dasarnya didasarkan pada bahasa tersebut dan tanah air masyarakat Banjar adalah bahasa Banjar.
Apabila seseorang fasih berbahasa Banjar dalam kesehariannya, maka ia dapat disebut orang Banjar, terlepas dari apakah ia dilahirkan di tanah Banjar atau tidak, dan apakah ia keturunan Banjar atau bukan.