Berburu Celeng Dengan Anjing – BANYUMAS, – Rusaknya habitat mereka di kawasan hutan di Desa Windujaya, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, diduga menyebabkan babi hutan atau babi hutan akrab dikubur. Bahkan, ia berani menyerang penduduk setempat. Seorang warga meninggal karena serangan babi hutan.
Kepala Desa Dusun Vindijaya (Kadus) II Amin Mustofa mengatakan, babi hutan tersebut mengamuk dan menyerang warganya, diduga karena merasa terancam. Namun, bisa saja babi hutan sedang dalam masa birahi atau musim kawin sehingga menyebabkan babi hutan menjadi agresif. Selain itu, musim kemarau ini juga menyebabkan berkurangnya ketersediaan pangan bagi para pemuja.
Berburu Celeng Dengan Anjing
“Babi hutan turun ke pemukiman atau babi hutan mencari makan kebanyakan di lahan pertanian. Selain itu, babi hutan ini juga agresif dan bisa langsung menyerang jika melihat seseorang. “Ini baru pertama kali terjadi di Desa Vindujaya, babi hutan hinggap di lahan pertanian warga, hanya merusak tanaman,” kata Amin Mustofa kepada wartawan, Kamis (4/7/2019).
Buku Hewan Alma
Sementara itu, Martoyo, 47 tahun, mengatakan, menurutnya, babi hutan yang turun ke lahan pertanian dan menyerang warga membuat warga kaget. Pasalnya, selain merusak tanaman yang ada, mereka juga menyerang warga. Jika dulu babi hutan hinggap di pemukiman warga pada malam hari, kini berani muncul di siang hari.
“Turunnya babi hutan atau babi hutan ke kawasan pemukiman dinilai sangat aneh, apalagi pada siang hari.” “Dulu kami hanya berani di malam hari dan tidak pernah menyerang warga, melainkan memusnahkan berbagai tanaman milik warga di kampung atau di kebun,” kata Martoyo kepada Rusno dan Subandi.
Sementara itu, Kapolsek Kedungbanteng AKP Prijono mengatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Perbakin Banjumas setelah mendapat laporan adanya babi hutan yang menyerang warga. Hal ini dilakukan dalam rangka perburuan babi hutan atau celeng yang rencananya akan berlangsung pada Minggu (7/7/2019).
“Kemarin tim mengirimkan anjing pemburu, namun gagal mendapatkan babi hutan. “Hari ini kita akan melanjutkan perburuan dan bersama anggota Perbakin akan kita lakukan besok Minggu (7/7/2019),” ujarnya. (Dian Agus Vibovo)
Hama Babi Hutan Masih Hantui Sejumlah Wilayah
Pengembang pertambangan BLN menghadapi konflik dengan warga Papua, mediasi gagal di Salatiga, Sofian menegaskan tindakan hukum. Seorang rekan diam-diam merekam Adu Bagong, sebuah hiburan tradisional masyarakat Kabupaten Bandung, yang sebenarnya dilarang oleh pemerintah provinsi. Anjing dan babi berjuang untuk hidup di arena.
Pengeras suara menyiarkan pesan yang sama dua kali sore itu. Semua orang yang berada di pinggir arena diperingatkan untuk tidak memikirkan peristiwa yang mereka saksikan. Saat itu, anjing tersebut menggigit hidung rusa lawan dengan keras. Dua hewan berjuang untuk hidup mereka. “Hati-hati jangan sampai mengunggah video atau foto ke Facebook atau YouTube, lebih aman dibagikan di grup WhatsApp. Kalau dibagikan di Facebook atau YouTube, akan menarik para aktivis satwa,” saran panitia melalui pengeras suara. Menanggapi seruan tersebut, ratusan penonton bertepuk tangan atas kekerasan yang terjadi di hadapan mereka.
Alih-alih di coliseum, anjing dan babi hutan harus berperan sebagai gladiator di arena berukuran sekitar 20×10 meter yang dikelilingi pagar bambu dan kawat ram setinggi 3 meter. Tradisi yang biasa disebut adu bagong atau “dugong” ini berlangsung di Desa Chikaringgang, Desa Wargaluyu, Kecamatan Aryasar, Kabupaten Bandung. Adu Bagong biasanya diadakan setiap akhir pekan.
Sebelum pertarungan, anjing-anjing berbaris di pintu masuk untuk menunggu giliran. Sementara itu, babi-babi tersebut dilepasliarkan dan berkeliaran bebas di sekitar arena. Satu demi satu anjing diperkenalkan dan mereka langsung menyerang babi. merekam peristiwa tersebut secara rahasia pada Februari lalu karena komisi menolak menarik perhatian media. Adu Bagong pernah dikembangkan sebagai tempat melatih anjing pemburu agar tidak takut menghadapi babi hutan. Pertarungan berakhir hanya ketika salah satu hewan terluka parah. Tradisi membawa anjing untuk berburu babi hutan (Sus verrucosus) yang merusak tanaman petani di daerah perbukitan Jawa Barat, telah berkembang selama berabad-abad. Para petani baru mengubahnya menjadi hiburan rutin sejak awal tahun 1970-an dengan mengadakan pertarungan di arena. Anjing yang diadu umumnya adalah anjing kampung. Seiring berjalannya waktu, ras seperti pit bull, rottweiler, German Shepherd, Terrier, dan Mastiff Argentina menjadi favorit sebagai gladiator di arena. Semakin lama anjing tersebut hidup melawan babi hutan, maka harga jualnya akan semakin tinggi.
Yang Sangkil Dan Tak Riang Dari “sangkuriang”
Yadi, 28 tahun, membawa empat anjing Pitbull miliknya. Ia sengaja membawa hewan peliharaannya untuk bertarung. Sejak itu, mereka dibiakkan sebagai anjing petarung. Setiap minggunya, salah satu anjing Yad akan bertarung di arena. “Tujuannya untuk melatih insting,” kata Yaddy.
Sebelum mengikuti kompetisi, Yadi mendaftarkan hewan peliharaannya ke panitia. Biaya satu kali pertunjukan adalah Rp 50 ribu per anjing. “Ini bukan perjudian karena biaya pendaftarannya untuk membayar babi hutan.” Di sini babi diburu, dan yang diburu biasanya dijual,” kata Yadi. Babi hutan yang terluka parah dibunuh dan dagingnya dijual. Namun jika babi hutan hanya mengalami luka ringan, maka dibiarkan sembuh tanpa pengobatan dan kemudian dipaksa bertarung lagi pada pertarungan berikutnya. Sebaliknya, anjing masih lebih beruntung daripada babi. Beberapa orang di pinggir arena pun siap memberikan perawatan kepada korban luka, meski hanya dengan jahitan sederhana. Anjing yang terluka langsung kami obati di tempat, jika ada babi hutan yang terluka, setelah sembuh ia akan berkelahi lagi, dan jika mati, dagingnya akan dibagikan kepada yang menginginkannya,” kata Gochep, pecinta anjing liar. berpartisipasi dalam tradisi bela diri ini. Aktivis Profauna Nadia Andriani menilai tradisi adu bagong harus dihentikan karena melanggar hak binatang.
“Meskipun babi hutan merupakan hewan liar, namun cara masyarakat memperlakukannya tidak sama dengan kesejahteraan hewan, salah satunya adalah kebebasan dari rasa takut dan kesakitan. Ini bukanlah tradisi yang baik. Ini bukan pesta,” katanya.
Karena tradisi buruk ini sudah berlangsung puluhan tahun, tidak mudah untuk menghentikannya. Pada tanggal 30 Oktober 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melarang secara edaran duel babi hutan-anjing. Peraturan ini hanya berlaku di atas kertas. Adu bagong masih rutin dipentaskan di berbagai daerah di Jawa Barat. Selain di Kabupaten Bandung, warga Mayalengka, Garut, Sumedang, dan Pangandaran punya arena pertarungan berbeda yang ramai setiap akhir pekan. Sampai kesadaran masyarakat meningkat, para gladiator berkaki empat akan terus bertarung dalam “kontes keterampilan”. Simak foto-foto Bukbish Candra Ismet Bey lainnya saat berkunjung ke Bagong Fighting Arena di bawah ini:
Hukum Memelihara Anjing Dan Soal Malaikat Yang Tidak Masuk Rumah
Bukbisj Chandra Ismet Bey adalah seorang fotografer yang tinggal di Bandung. Lihat karya fotografinya yang lain pada tautan berikut.
Tagged: Foto Penganiayaan Hewan Tradisi Babi Hutan di Jawa Barat Adu Anjing Bagong Indonesia Kegiatan Kesejahteraan Hewan yang Dilarang Adu Anjing Seri Foto Adu Anjing Setiap pagi di akhir pekan, banyak orang yang selalu menghadiri pertunjukan Ngadu Dugong untuk melatih anjing pemburu agar tidak takut menghadapi babi hutan. . (/Huyogo Simbolon).
, Bandung – Desa Pasir Angin, Kotamadya Bandung, Kecamatan Chillengkrang, Jawa Barat menawarkan aktivitas akhir pekan yang unik. Aktivitas unik ini dilakukan pada pagi hari di Ngadu Bagong.
Pagi harinya masyarakat datang untuk melihat ajang ketangkasan antara babi hutan dan anjing pemburu. Kegiatan Ngadu Bagong atau Dugong dimaksudkan sebagai tempat pelatihan anjing pemburu agar tidak takut menghadapi babi hutan.
Berburu Babi Hutan Di Ranah Minang
Ibey (22), salah satu pemilik anjing pemburu, misalnya. Ia sengaja datang ke lokasi Dugong bersama puluhan anjing silsilahnya. Sekelompok anjing pemburu dimasukkan ke dalam kandang besi.
Ebay merupakan salah satu ras pemilik anjing yang biasa berburu di hutan. Ia mengatakan, tujuan mengikuti Dugong adalah untuk melatih anjing pemburunya. Itu sebabnya dia selalu bergabung dengan Dugong setiap pagi akhir pekan.
Pemilik anjing ras Sumedang ini mengaku sudah memelihara anjing pemburu sejak tahun 2010. Awalnya hanya dua, kemudian menjadi 17 tahun. Selain berlatih, ia juga merawat anjingnya.
Kebanyakan anjing pemburu Ibey adalah American Pit Bull Terrier atau hanya Pit Bulls. Di saat yang sama, ada beberapa anjing lain yang berasal dari perkawinan Pit Bull dan anjing desa.
Sampai Mati: Anjing Dan Babi Hutan Bertarung Dalam Tradisi Berburu Yang Kontroversial Di Sumbar
Sebelum mengikuti kompetisi, Aibey mendaftarkan favoritnya ke panitia. Untuk satu kali pertunjukan, Ibey harus merogoh kocek sebesar Rp 50 ribu.
“Ini bukan perjudian karena biaya pendaftarannya untuk membayar babi hutan. “Babi diburu di sini dan yang ditangkap biasanya dijual,” jelasnya.
Kompetisi ketangkasan anjing pemburu vs babi hutan akhirnya dimulai pada pukul 12 siang. Sekitar 200 anjing siap bertarung di arena. Sedangkan babi hutan yang disiapkan komisi saat itu hanya berjumlah tiga ekor.
Semakin hari, suasana di sekitar arena pertandingan semakin ramai. Tidak hanya dipenuhi orang dewasa, ada juga anak-anak yang tersesat di tengah keramaian. Penonton pun mengikuti pertandingan dengan mata terfokus.
Menghidupkan Kembali Wayang Kancil Di Panggung Pertunjukan Rakyat
Arena yang disiapkan panitia berukuran lebar sekitar 15 x 30 meter dan terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi sekitar 5 meter. Di ujungnya ada lubang air berukuran sekitar 4 x 4 meter tempat babi hutan bisa berendam. Sementara itu, telah disediakan tempat khusus untuk memelihara dan melepasliarkan anjing dan babi hutan.
Ada aturan main dalam pertarungan Dugong. Setiap anjing diberi waktu sekitar lima menit oleh panitia untuk berburu babi. Anjing yang berhasil menggigit harus segera ditangkap oleh pawang yang bertugas di sekitar arena. Selain itu, jika tidak dapat menggigit, anjing tersebut harus segera diganti dengan anjing lain.
Adu keterampilan ini seringkali mengakibatkan hewan terluka. Oleh karena itu, selain melatih operator, komisi juga menyediakan tim medis.
Lomba Ketangkasan Dugong ini digagas oleh Himpunan Perlindungan Anjing Pemburu (Hiparu). Sekretaris Jenderal Hiparu Noorhadi menjelaskan, kegiatan dugong yang rutin diselenggarakan warga ini bertujuan untuk pelatihan anjing pemburu.
Lepas Peserta Buru Babi Bersama Wakapolda Riau, Dr. H. Kamsol
“Adu bagong mingguan ada kelebihannya. Karena kegiatan ini bisa melatih naluri berburu,” kata Nurhadi.
Nurhadi mengatakan, babi hutan yang dipelihara para petani, terutama yang tinggal di pegunungan, merupakan hama yang merusak tanaman. Hiparu sendiri sering dicari masyarakat untuk berburu. “Kalau ada yang minta berburu, kami dengan senang hati melakukannya,” ujarnya.
Dugongnya, kata Nurhadi, sudah ada