Faktor yang Membuat Yugoslavia Mengalami Perpecahan

9 min read

Setidaknya ada empat faktor yang membuat Yugoslavia akhirnya terpecah menjadi beberapa negara, yaitu:

  1. Kondisi ekonomi yang buruk
  2. Kondisi ekonomi Yugoslavia semakin memburuk sejak tahun 1980-an. Inflasi, pengangguran, dan utang luar negeri semakin meroket. Akibatnya, terjadi ketegangan antara republik-republik yang merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat.

  3. Nasionalisme etnis yang makin melebar
  4. Yugoslavia adalah negara dengan banyak etnis yang berbeda, seperti Serbia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Slovenia, dan Montenegro. Seiring berjalannya waktu, muncul kecenderungan nasionalisme etnis, di mana masing-masing kelompok ingin mempertahankan kebudayaan dan bahasanya sendiri serta merasa lebih penting daripada kelompok lain. Nasionalisme etnis ini semakin mendorong terjadinya perpecahan.

  5. Konflik politik dan perselisihan kepemimpinan
  6. Di dalam pemerintahan Yugoslavia, terjadi perselisihan antara Partai Komunis Yugoslavia (PKY) dan rezim-rezim republik yang semakin menguat. Di antara rezim-rezim tersebut, tampaknya Serbia yang mendominasi. Selain itu, adanya perselisihan kepemimpinan juga memperparah kondisi politik, seperti ketika Slobodan Milosevic menjadi presiden Serbia pada tahun 1989 dan memperkukuh kekuasaannya di wilayah Balkan bagian barat.

  7. Pengaruh luar yang beragam
  8. Balkan bagian barat merupakan wilayah yang keberadaannya penting di mata banyak negara, baik karena sumber daya alamnya ataupun posisi strategisnya. Oleh karena itu, banyak negara yang berusaha mempengaruhi kondisi Yugoslavia. AS, misalnya, mendukung kemerdekaan Slovenia dan Kroasia pada tahun 1991, berlawanan dengan ketentuan Konstitusi Yugoslavia. Uni Soviet, yang pada masa itu sedang bubar, juga tidak dapat membantu Yugoslavia ketika terjadi perpecahan.

Dalam kombinasi keempat faktor tersebut, terdapat beberapa kunci untuk menjelaskan mengapa Yugoslavia mengalami perpecahan pada akhirnya.

Latar Belakang Berdirinya Yugoslavia

Sebelum memahami faktor-faktor yang menyebabkan perpecahan Yugoslavia, penting untuk mempelajari latar belakang berdirinya negara ini. Yugoslavia didirikan pada tahun 1918 setelah berakhirnya Perang Dunia I. Saat itu, negara ini terdiri dari Serbia, Montenegro, dan Kerajaan Serbia-Bosnia-Herzegovina yang dulu merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah. Pada tahun 1929, negara ini mengalami perubahan nama menjadi Kerajaan Yugoslavia dan dipimpin oleh Raja Alexander I.

Pada saat berdirinya, Yugoslavia dianggap sebagai negara multietnis karena di dalamnya terdapat beragam kelompok etnis seperti Serbia, Kroasia, Slovenia, Montenegro, Bosnia dan Herzegovina, Makedonia, dan Kosovo. Negara ini dibentuk dengan harapan dapat menciptakan persatuan di antara kelompok-kelompok etnis tersebut dengan mengusung konsep “Yugoslavisme” yang bertujuan menyatukan semua orang Slavia Selatan di tanah Balkan.

Selama masa kekuasaan Raja Alexander I, kebijakan nasionalis Yugoslavia cenderung untuk menimbulkan ketegangan di antara kelompok-kelompok etnis. Hal ini dilakukan untuk menciptakan rasa nasionalisme dan identitas nasional yang kuat di dalam mereka. Meski demikian, Raja Alexander I meninggal dalam pembunuhan pada tahun 1934 dan langsung digantikan oleh Putra Mahkota Peter II yang masih berusia 11 tahun.

Saat terjadinya Perang Dunia II, Yugoslavia menjadi kawasan pertempuran yang sengit dan dibagi oleh tiga kekuatan besar pada saat itu yaitu Jerman, Italia, dan Sekutu. Tidak lama setelahnya, gerakan kebebasan nasional di bawah pimpinan Josip Broz Tito berusaha merebut kembali kemerdekaan negara ini dari pihak penjajah. Setelah berhasil merebut kembali kemerdekaannya, Yugoslavia berubah menjadi negara sosialis yang dipimpin oleh Tito.

Tito berusaha untuk menciptakan satu bangsa yang unified meski tetap mempertahankan keberagaman budaya di dalam masyarakatnya. Dia mengeliminasi segala bentuk korupsi, menghapuskan segregasi, dan meningkatkan tingkat pendidikan dan kesehatan di negara ini. Selama masa kekuasaannya, Yugoslavia dikenal sebagai negara yang makmur dan stabil di tengah-tengah Eropa. Meski demikian, setelah kematian Tito pada tahun 1980, negara ini mengalami perubahan yang signifikan dan akhirnya terpecah menjadi beberapa negara kecil.

Faktor Etnis dan Agama yang Berperan dalam Perpecahan

Yugoslavia, negara yang terletak di Eropa Tenggara, mengalami perpecahan pada tahun 1990-an setelah lebih dari 70 tahun sebagai negara yang berdaulat. Perpecahan Yugoslavia ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor etnis dan agama yang memainkan peran penting. Berikut adalah faktor-faktor utama yang menyebabkan Yugoslavia mengalami perpecahan dari sudut pandang etnis dan agama.

Konflik Etnis

Salah satu faktor utama yang menyebabkan perpecahan Yugoslavia adalah konflik etnis. Yugoslavia terdiri dari enam republik: Slovenia, Kroasia, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, Makedonia, dan Montenegro serta dua provinsi otonom: Kosovo dan Vojvodina. Setiap republik memiliki populasi yang berbeda-beda dan mayoritas etnisnya mewakili kelompok mayoritas di daerahnya. Misalnya, di Kroasia, mayoritas penduduknya adalah Kroasia, sedangkan di Serbia, mayoritas penduduknya adalah Serbia.

Sejak pertengahan abad ke-19, Serbia telah mencapai status sebagai kekuatan regional yang signifikan di Balkan. Serbia selalu mencari cara untuk memperluas pengaruhnya di Balkan, termasuk di dalam Yugoslavia. Namun, keinginan Serbia memperkuat posisinya dalam Yugoslavia mengancam stabilitas negara. Perpecahan Yugoslavia dimulai pada tahun 1991 ketika Slovenia dan Kroasia memisahkan diri dari Yugoslavia. Bosnia dan Herzegovina menyusul pada tahun 1992, dan pada tahun yang sama, Serbia dan Montenegro mendirikan Federasi Yugoslavia baru.

Konflik ini mencapai puncaknya pada tahun 1992, ketika perang sipil pecah di Bosnia dan Herzegovina. Konflik berlangsung selama tiga tahun dan menewaskan lebih dari 100.000 orang serta mengakibatkan 2,2 juta orang mengungsi. Konflik etnis juga terjadi di Kosovo, yang memicu kembali campur tangan NATO pada tahun 1999 dan akhirnya memecat Presiden Serbia Slobodan Milosevic pada tahun 2000.

Konflik Agama

Faktor lain yang memperburuk perpecahan Yugoslavia adalah konflik agama. Di Yugoslavia, mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen Ortodoks, Katolik, dan Muslim. Meskipun mayoritas penduduknya Kristen Ortodoks, mayoritas penduduk Kosovo memeluk Islam. Konflik agama di Yugoslavia memperburuk ketegangan etnis, membuat situasi semakin tidak stabil.

Salah satu konflik agama terbesar terjadi di Bosnia dan Herzegovina. Penduduk di Bosnia dan Herzegovina merupakan campuran dari tiga kelompok etnis berbeda: orang Bosnia Muslim, orang Serbia Ortodoks, dan orang Kroasia Katolik. Selama Perang Bosnia, kelompok Muslim dianggap sebagai korban terburuk. Lebih dari 100.000 Muslim Bosnia dibunuh oleh pasukan Serbia.

Konflik agama juga terpusat dalam upaya Kroasia memperoleh kemerdekaannya dari Yugoslavia. Saat itu, Yugoslavia di bawah kendali seorang pemimpin Serbia yang fanatik, Slobodan Milosevic. Milosevic mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menghalangi Kroasia memperoleh kemerdekaannya. Milosevic juga berargumen bahwa Kroasia seharusnya tetap bertahan dalam Yugoslavia karena banyak orang Serbia Ortodoks yang tinggal di Kroasia. Konflik ini memuncak dengan perang Kroasia-Serbia pada awal 1990-an.

Pendanaan Luar Negeri

Faktor lain yang memperparah situasi di Yugoslavia adalah pendanaan luar negeri yang dilakukan oleh negara-negara tetangga dan kekuatan asing. Pada 1990, impor Yugoslavia turun sekitar 25% setelah Uni Eropa meningkatkan tarifnya. Banyaknya hutang yang ditanggung Yugoslavia menyebabkan negara tersebut kekurangan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti bahan bakar dan pengangguran yang semakin meningkat. Kondisi tersebut membuat pemerintah Yugoslavia kesulitan mempertahankan ekonominya. Hal ini diperparah dengan kebijakan politik Serbia untuk menguasai kekuasaan dari negara jiran, seperti Bosnia dan Herzegovina.

Faktor etnis dan agama memainkan peran besar dalam membentuk perpecahan Yugoslavia. Konflik etnis dan agama di Bosnia dan Kosovo, serta campur tangan luar negeri, menyebabkan perpecahan Yugoslavia akhirnya memicu konflik besar-besaran. Jumlah korban, baik dalam korban jiwa maupun kerusakan, sangat besar dan memakan waktu hingga bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi dan stabilitas di wilayah tersebut.

Pengaruh Perang Dunia II terhadap Perpecahan Yugoslavia

Perang Dunia II tidak hanya berdampak pada negara-negara yang langsung terlibat dalam perang tersebut, tetapi juga negara-negara yang tidak terlibat. Yugoslavia adalah salah satu negara yang merasakan dampak buruk perang ini. Perang Dunia II membawa banyak perubahan di Yugoslavia, baik secara politik, ekonomi, maupun sosial. Perubahan-perubahan ini akhirnya memicu perpecahan Yugoslavia.

Kondisi Yugoslavia Sebelum Perang Dunia II

Pada awal abad ke-20, Yugoslavia merupakan sebuah kerajaan yang relatif stabil. Kerajaan ini terdiri dari Serbia, Montenegro, Bosnia, Kroasia, Slovenia, dan Makedonia. Namun, pada tahun 1914, Archduke Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria dibunuh di Sarajevo, Bosnia. Insiden ini memicu pecahnya Perang Dunia I. Setelah perang tersebut berakhir, Yugoslavia dibentuk melalui Traktat Versailles pada tahun 1919. Namun, pembentukan Yugoslavia ini tidak berjalan lancar. Terdapat perbedaan pandangan di antara para pemimpin yang menandatangani traktat tersebut.

Kemudian, pada tahun 1929, Raja Alexander I mengumumkan sebuah junta militer yang memusatkan kekuasaan pada dirinya. Ia juga memproklamirkan kerajaan Yugoslavia sebagai sebuah monarki konstitusional. Namun, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Raja Alexander I ini malah menimbulkan ketegangan di antara para pendukungnya sendiri.

Pengaruh Perang Dunia II terhadap Yugoslavia

Seperti negara-negara Eropa lainnya, Yugoslavia ikut terdampak oleh Perang Dunia II. Pada tahun 1941, pasukan Nazi Jerman dan sekutunya menyerbu Yugoslavia dan mengambil alih kekuasaan. Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, menandatangani perjanjian kerjasama dengan Nazi Jerman, yang membuat banyak rakyatnya merasa kecewa dan marah.

Kemudian, terjadi perang saudara di Yugoslavia. Di satu sisi, terdapat pemberontakan oleh kelompok Partisan yang dipimpin oleh Josip Broz Tito, yang pro-Komunis dan anti-Nazi. Di sisi lain, terdapat kelompok Chetnik yang dipimpin oleh Draza Mihajlovic yang cenderung pro-Belgrade.

Pasca kemerdekaan, Yugoslavia menjadi sebuah negara federal yang terdiri dari enam republik yaitu Serbia, Montenegro, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, dan Makedonia. Namun, terdapat perbedaan pandangan di antara para pemimpin republik-republik tersebut. Beberapa republik merasa lebih dominan dan berkuasa daripada yang lain. Ketegangan antar-republik ini semakin meningkat pada dekade 1980-an.

Penyebab Perpecahan Yugoslavia

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perpecahan Yugoslavia. Yang pertama, adanya perbedaan budaya dan agama di antara penduduk Yugoslavia. Terdapat perbedaan bahasa dan juga keberlanjutan sejarah dan tradisi politik.

Yang kedua, menyusul pasca kematian Tito pada tahun 1980, Yugoslavia mulai mengalami ketidakstabilan politik. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat tidak lagi disetujui oleh beberapa republik.

Yang ketiga, adanya interferensi dari negara-negara luar. Sejak awal, Yugoslavia seringkali menjadi medan perang kepentingan negara-negara luar. Pada dekade 1990-an, negara-negara Barat mendukung separatis Kroasia dan Slovenia, sedangkan Serbia didukung oleh Rusia dan China. Interferensi ini semakin memperburuk situasi di Yugoslavia.

Akhirnya, pada tahun 1992, Yugoslavia resmi bubar dan terpecah menjadi beberapa negara baru. Serbia dan Montenegro menjadi negara penerus Yugoslavia, sedangkan Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, dan Makedonia menjadi negara merdeka baru.

Dalam kesimpulannya, Perang Dunia II memiliki pengaruh besar dalam perpecahan Yugoslavia. Perang tersebut membawa banyak perubahan di Yugoslavia yang pada akhirnya memicu perpecahan. Faktor-faktor seperti perbedaan budaya dan agama, ketidakstabilan politik, interferensi negara luar, semakin memperburuk situasi di Yugoslavia dan mempercepat perpecahan tersebut. Kini, perpecahan Yugoslavia sudah menjadi sejarah dan dijadikan sebagai pelajaran bagi negara-negara lain, terutama bagi negara-negara yang memiliki perbedaan etnis dan agama yang besar.

Pembagian Kekuasaan dan Pertentangan Politik di Antara Pemimpin Yugoslavia

Perpecahan Yugoslavia terjadi pada awal tahun 1990-an, yang mengakibatkan terbentuknya negara-negara baru seperti Serbia, Montenegro, dan Bosnia-Herzegovina. Ada beberapa faktor yang membuat Yugoslavia mengalami perpecahan, salah satunya adalah pembagian kekuasaan yang tidak adil dan adanya pertentangan politik di antara pemimpin Yugoslavia.

Seperti yang diketahui, Yugoslavia merupakan negara dengan beragam etnis dan agama. Namun, sejak awal pembentukannya, kekuasaan dipegang oleh satu partai politik yang dikuasai oleh satu etnis yang dominan. Partai tersebut bernama Liga Komunis Yugoslavia yang dipimpin oleh Josip Broz Tito, etnis Kroasia.

Namun, setelah Tito meninggal pada tahun 1980, muncul para pemimpin baru yang berasal dari etnis yang berbeda dan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Hal ini membuat munculnya persaingan kekuasaan dan konflik politik yang semakin memanas.

Pertentangan politik di antara pemimpin Yugoslavia semakin memanas pada saat mereka bersaing untuk memperebutkan jabatan presiden dan pemimpin partai. Pihak-pihak yang kalah dalam persaingan tersebut seringkali merasa diabaikan dan tidak dihargai, sehingga semakin memperkeruh suasana.

Selain itu, terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana seharusnya negara Yugoslavia berkembang. Beberapa kelompok ingin tetap mempertahankan sistem komunisme yang dijalankan sejak era Tito, sedangkan yang lainnya ingin membentuk negara yang lebih demokratis dan kapitalis.

Tak hanya itu, kekuatan politik juga terbagi-bagi di antara para pemimpin Yugoslavia. Ada yang menginginkan Serbia sebagai pemimpin dalam koalisi negara-negara Yugoslavia, sementara yang lainnya ingin kekuasaan dipegang oleh kelompok etnis mereka masing-masing.

Situasi semakin memburuk ketika pimpinan Partai Komunis Serbia, Slobodan Milošević, mulai mengkoordinasikan gerakan nasionalis Serbia dan menggunakan retorika anti-Kroat dan anti-Bosnia untuk memperkuat kesatuan Serbia. Hal ini menyebabkan semakin besar ketegangan antara etnis Serbia dengan etnis Kroasia dan Bosnia-Herzegovina.

Selain itu, kebijakan yang tidak menghargai kepentingan etnis minoritas juga membuat situasi politik semakin tidak stabil. Etnis Kroasia dan Slovenia merasa mendapat diskriminasi dan diabaikan oleh pemerintah pusat di Yugoslavia.

Perpecahan Yugoslavia akhirnya pecah pada tahun 1991, setelah Slovenia dan Kroasia memproklamirkan kemerdekaannya dari Yugoslavia. Montenegro dan Makedonia kemudian mengikuti langkah tersebut dan pada tahun 1995, Bosnia-Herzegovina memproklamirkan kemerdekaannya setelah mengalami perang saudara selama tiga tahun.

Secara keseluruhan, faktor pembagian kekuasaan yang tidak adil dan pertentangan politik di antara para pemimpin Yugoslavia menjadi salah satu penyebab utama perpecahan negara yang pernah menyandang nama Yugoslavia. Perbedaan etnis dan agama yang ada juga semakin memperburuk kondisi politik dan menjadikan perpecahan sebagai satu-satunya jalan keluar untuk mempertahankan identitas mereka masing-masing.

Pengaruh Serangan Militer Asing terhadap Stabilitas Yugoslavia

Ketika Yugoslavia melepaskan diri dari era komunis pada 1980-an, negara ini mengalami krisis ekonomi yang sangat berat. Krisis ini memicu pertumbuhan nasionalisme dan kepentingan etnis yang membelah negara ini dan menciptakan ketegangan sangat tinggi antara kelompok-kelompok itu sendiri. Hal ini menjadi faktor terbesar yang mengarah pada pecahnya Yugoslavia yang terpecah menjadi beberapa negara di antaranya adalah Bosnia and Herzegovina, Kroasia, Serbia, Montenegro, dan Kosovo. Selain krisis internal ini, serangan militer asing juga memainkan peran penting dalam mempercepat runtuhnya Yugoslavia pada 1990-an.

Insiden Kekerasan Militer Asing di Yugoslavia

Pada tahun 1991, Slovenia dan Kroasia menyatakan kemerdekaan mereka dari Yugoslavia. Serangan militer oleh pasukan Serbia di Kroasia dan Slovenia memicu bentrokan mematikan antara pasukan Serbia dan pasukan kemerdekaan lokal di kedua negara itu. Bentrokan antara pasukan Yugoslavia dan Slovenia terjadi pada akhir Juni 1991, yang kemudian disusul oleh bentrokan di Kroasia. Serangan militer ini mencari penaklukan wilayah dalam usaha Serbia untuk memperluas dan menjaga pengaruh mereka terhadap etnis Serbia yang terletak di wilayah Slovenia dan Kroasia.

Intervensi Militer TNI dalam Konflik Yugoslavia pada Tahun 1993

Rezim militer Indonesia dengan paksa mendukung intervensi militer terhadap Yugoslavia pada tahun 1993 melalui pengiriman pasukan Garuda ke Bosnia sebagai bagian dari Pasukan Perlindungan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bosnia dan Herzegovina saat itu. Pasukan Garuda yang dikirim sebagai pasukan perdamaian membuat Indonesia menjadi negara ke-56 yang turut dalam misi perdamaian PBB. Pasukan ini bertugas untuk membantu mengawasi pengiriman bantuan kemanusiaan, memperkuat keamanan dan membangun kembali infrastruktur yang hancur di Bosnia. Namun, di sisi lain, intervensi Indonesia ini juga disebabkan karena adanya tekanan dan ancaman dari negara-negara asing.

Pembombardiran NATO

\Pada akhir 1990-an, Yugoslavia menjadi pusat kekerasan dan konflik terbuka antara kelompok-kelompok etnis di sana. Puncaknya adalah ketika militer Serbia memicu genosida dan etnis cleaning di Kosovo pada 1998 dan 1999. Serangan brutal terhadap orang Kosovo yang berusia di atas 12 tahun serta pembatasan mendalam terhadap orang-orang Kosovo memicu pemilihan umum bagi para pemimpin politik di seluruh Eropa. Mereka memutuskan untuk menyerang Serbia dan mengakhiri etnis cleaning di Kosovo.

Pada akhirnya, NATO meluncurkan serangan udara terhadap pasukan Serbia pada tahun 1999. Serangan ini pada awalnya bertujuan untuk menghentikan etnis cleaning Serbia dan mencegah genosida lebih lanjut di Kosovo. Serangan ini bertarget pada instalasi militer Serbia dan infrastruktur, yang dapat menimbulkan dampak besar bagi warga sipil di daerah tersebut. Serangan ini menyebabkan runtuhnya negara Yugoslavia dan memicu deklarasi kemerdekaan Kosovo dari Serbia pada tahun 2008.

Kontribusi Tidak Langsung dari Negara-Negara Sekutu Yugoslavia

Ada beberapa negara asing yang memiliki kepentingan dalam memecah Yugoslavia. Dalam beberapa kasus, intervensi mereka tidak langsung, tetapi cukup untuk memperburuk ketegangan di dalam negeri. Beberapa negara seperti AS, Inggris dan Prancis masuk ke dalam perjalanan Yugoslavia mempersenjatai kelompok-kelompok etnis tertentu, menjanjikan dukungan finansial, dan bahkan membantu melatih kelompok-kelompok etnis tersebut untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka.

Ketika Yugoslavia menghadapi krisis ekonomi dan sosial yang berat, keadaan ini sangat memungkinkan negara-negara asing memanipulasi situasi. Negara-negara sekutu Yugoslavia mengetahui sepenuhnya bahwa dengan memperkuat ketegangan di antara etnis dan kepentingan nasionalisme pada skala yang lebih besar, mereka dapat mempercepat pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara yang dapat dipengaruhi oleh negara masing-masing.

Kesimpulan

Jika melihat dari sejarahnya, faktor yang membuat Yugoslavia mengalami perpecahan terkait dengan krisis internal akibat konflik nasionalisme dan kepentingan etnis yang membelah negara tersebut menjadi beberapa negara kecil. Di samping itu, intervensi militer asing juga turut memperburuk situasi internal Yugoslavia, yang membawa negara ini ke ujung kekacauan. Serangan dari negara-negara asing seperti Serbs di Kroasia dan Slovenia, intervensi militer TNI dan pemboman oleh NATO di Kosovo menjadi faktor besar yang mempercepat pecahnya Yugoslavia. Semoga pengalaman ini menjadi pelajaran bahwa perdamaian dan keharmonisan di antara etnis dan kepentingan nasionalisme perlu dipertahankan dan dibina agar terhindar dari perpecahan seperti Yugoslavia.

Peran Komputer dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sejarah Perkembangan Komputer Komputer adalah salah satu teknologi yang paling penting dalam sejarah umat manusia. Pada awalnya, komputer dibuat untuk membantu manusia dalam melakukan...
administrator
8 min read

Peran Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia

Kontribusi Indonesia di PBB untuk Membangun Perdamaian Dunia Perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berperan dalam mempromosikan perdamaian dan kerjasama internasional untuk mencapai tujuan...
administrator
7 min read

Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis

Pukulan lob dalam permainan bulutangkis adalah salah satu teknik pukulan yang sering digunakan untuk mengirimkan kok ke arah belakang lapangan lawan. Pukulan ini dilakukan...
administrator
8 min read