Lirik Lagu Iksan Skuter Partai Anjing – Persoalan Pilpres hanya ada dua pilihan. Netralitas muncul pasca pengumuman Joko Widodo sebagai calon presidennya beberapa waktu lalu. Pilpres 2019 juga dianggap sebagai pengulangan.
Pada akhir Agustus 2018, di aula Goethehaus Institute, Jakarta, banyak pekerja media dan aktivis berkumpul. Mereka menggalang dana untuk Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers, melalui konser dan lelang. Yang terjadi di aula saat itu dipenuhi banyak musisi, salah satunya Iksan Skuter.
Lirik Lagu Iksan Skuter Partai Anjing
Iksan menyanyikan lagu “Pesta Anjing” yang mengguncang suasana aula. Penonton ikut bernyanyi. “Dog Party” berisi lirik-lirik satir tentang perilaku korup para politisi. Meski begitu, Iksan tidak pernah putus asa dalam berpolitik. Ia tak mau menghindar dari pemungutan suara pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Iksan Skuter Feat Jason Ranti
“Setidaknya suatu hari nanti ketika para malaikat memintaku, aku akan menjadi warga negara yang baik. Aku akan selalu membayar pajak, aku akan selalu melakukan hal-hal yang baik dan normal. “Jika aku menjadi warga negara, aku akan menjadi warga negara yang baik, “ucap Iksan.
Iksan sebenarnya menentukan posisi politiknya untuk memilih. Namun, baginya tahun ini adalah tahun paling gila. Ia tidak puas dengan situasi politik saat ini.
“Hanya ada dua pilihan yang kita hadapi, ulangi. Pertanyaannya sama, jawabannya sama, maknanya sama. “Kita bilang a salah, mereka bilang b salah, makanya aku buat lagu ‘Fenumiai’,” ujar musisi yang sudah merilis enam lagu itu.
Menurut Iksan, situasi politik seperti ini berbahaya. Tidak ada pengaruhnya, hanya kemiskinan yang bertambah, budaya yang sakit menyebar, tidak ada diskusi.
Kaos Distro Premium Spy X Family Loid Anya Yor
Di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, mengatakan hal serupa. Ia kecewa, pilihan pada Pilpres 2019 hanya ada dua.
“Saya sangat marah, kenapa kita hanya diberikan dua pilihan itu,” kata mahasiswa Sosiologi Universitas Jakarta ini.
Karena kekecewaannya yang besar, Noval memutuskan untuk tidak memilih pada pemilu 2019 mendatang. Sementara itu, Joint Director Hollaback Indonesia Anindya Restuviani belum yakin dengan keputusannya. Keraguannya itu disebabkan oleh keputusan calon presiden Joko Widodo soal nomor yang akan mendampinginya nanti.
Penggantinya. “Ma’ruf Amin sendiri mendukung undang-undang anti-LGBT dan penodaan agama,” kata perempuan yang akrab disapa Vivi itu.
Baju Kaos Distro Hydrphonic Logo Profesi Usaha Hidroponik Budidaya Tanaman
Dia tidak yakin apakah dia ingin memilih atau tidak. Sebab, dia tak ingin Prabowo Subianto yang dinilainya melanggar HAM menjadi presiden.
Deklarasi dua pasang calon presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu, menimbulkan kekecewaan. Pilpres 2019 tak jauh berbeda dengan pertarungan ulang antara Jokowi dan Prabowo, seperti halnya Pilpres 2014. Pilihan yang terbatas ini membuat perbincangan mengenai menghindari terpilihnya kembali secara umum. Apalagi, Jokowi akhirnya memilih Ma’ruf Amin yang punya kabar buruk terhadap kelompok minoritas dan intoleransi di Tanah Air.
Istilah golput – atau sekadar kelompok kulit putih – mulai muncul menjelang pemilu 1971, ketika aktivis Arief Budiman atau Soe Hok Djin menjadi pendukung paling vokal gerakan untuk tidak memilih, dengan memilih partai kulit putih. sekitar lambang partai politik peserta. Akibatnya suara pemilih menjadi tidak sah dan tidak dihitung. Saat itu, Arief dan kawan-kawan tidak senang dengan pemilu pertama, saat Orde Baru muncul.
Aktivis HAM Lilik Hastuti Setyowaningsih punya pandangan berbeda soal pelarangan tersebut. Menurutnya, pengertian penyakit itu harus benar. Sebab, ternyata penafsiran masyarakat itu fleksibel.
Iksan Skuter Gambarkan ‘titik Nol’ Sebagai Monumen Perjalanan Mencari Harapan Baru
“Harus dilihat dari akar historis atau filosofisnya bahwa hak adalah pilihan yang istimewa, dengan alasan yang masuk akal. Walaupun mereka tidak mau memilih, mereka tidak mau memilih, tapi itu hal yang sangat berbeda,” Lilik kata. ketika mereka bertemu
Menurut Lilik, masyarakat yang tidak datang ke TPS tidak bisa dibandingkan. Golput, kata Lilik, adalah orang yang sadar akan tindakannya, dan orang yang bertindak. Belakangan, dia justru datang ke kotak suara untuk memecahkan surat suara.
Maria Catarina Sumarsih, ibu salah satu korban tragedi Semanggi I, Benardinus Realino Norma Irawan, tegas menyatakan tak akan memilih pada Pilpres 2019. Koreksi pendidikan politik bagi raja seperti yang biasa dilakukannya pada Rabu nanti minggu di depan Istana Merdeka, Jakarta. Sumarsih ingin menghadirkan “belanja cerdas”.
“Menghadapi pemilu 2019, yang kita harapkan adalah keputusan yang bijaksana, keputusan yang tidak mudah dimanipulasi oleh raja-raja yang selalu mengutamakan kekuasaan, bukan kesejahteraan rakyat,” kata Sumarsih.
Baju Kaos Distro Reggae I’m In Love Aliran Musik Jamaika Agankaos
Bagi Sumarsih, dari isu ke isu, hasil pemilu tidak membawa manfaat bagi rakyat. Hasilnya adalah satu-satunya alasan pihak berwenang melindungi hak-hak masyarakat dan menangkap orang-orang korup. Sumarsih memutuskan untuk menjauhi hiruk pikuk pemilu, namun ia “memilih” agar tidak menyalahgunakan suaranya.
“Pilihlah kesampingkan, agar hukuman ini lebih baik untuk memberikan peringatan kepada pemerintah ke depan, agar setelah mereka menjadi pemerintahan, setelah mereka berkuasa, mereka benar-benar memikirkan masa depan rakyat,” ujarnya.
Dibandingkan pemilu 2014, Sumarsih mengaku sikapnya kali ini berbeda. Saat itu, dia datang ke TPS dan memilih Jokowi. Alasannya adalah kejelasan program pasangan Jokowi-JK saat itu.
Visi dan misi program Jokowi-JK mencakup permasalahan rakyat yang akan diselesaikan oleh Jokowi, salah satunya adalah menyelesaikan permasalahan serius pelanggaran HAM rakyat, kata Sumarsih.
Menjadi Bagian ‘bingung: Rilis Antologi Lirik Iksan Skuter’
Namun, setelah empat tahun berlalu, janji itu ibarat air yang hilang begitu saja. Tidak pernah tau. Sumarsih merasa tidak puas ketika Wiranto diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada Juli 2016. Wiranto sendiri diduga terlibat pelanggaran HAM saat menjabat dan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima TNI ( Menhankam). /Pangab) pada tahun 1998.
“Bagaimana kita memilih Pak Jokowi? Apakah kita masih punya harapan kalau misalnya ada Nawacita jilid II?
Ahmadiyah di Indonesia merupakan kelompok minoritas yang sering mengalami persekusi. Meski demikian, mereka tidak melihat pemilu 2019 sebagai sebuah ancaman. Juru Bicara Ahmadiyah Indonesia Yendra Budiman mengatakan mereka akan tetap memilih. Menurut Yendra, umat beragama tidak bisa berkhianat dengan abstain.
“Dalam ajaran Islam, tidak boleh mengikuti agamanya dengan mengkhianati dan merebut kekuasaan. Seluruh umat Islam harus taat kepada pemerintah yang sah jika bisa mengamalkan agamanya. Oleh karena itu, tidak mungkin hal itu dilanggar oleh umat Islam,” kata Yendra. , saat dihubungi melalui telepon beberapa waktu lalu.
Balada Musik Oseng Oseng Kangkung Iksan Skuter
“Mungkin pilihan yang ada saat ini bukanlah yang terbaik, namun kita harus mengambil pilihan yang terbaik dengan peluang yang ada,” kata Yendra.
Ahmadiyah, menurut Yendra, tidak akan terpengaruh dengan presiden dan wakil presiden saat ini. Boleh jadi, Ma’ruf Amin lah yang paling ekspresif jika berbicara soal minoritas. Ma’ruf Amin yang akan bergabung dengan Jokowi punya cerita buruk terhadap Ahmadiyah.
Pada tahun 2017 lalu, saat Ma’ruf menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), ia menyebut tindakan penyegelan masjid Ahmadiyah tidak melanggar hak asasi manusia. Jauh sebelumnya, Ahmadiyah juga sempat berkonflik dengan Ma’ruf pada tahun 2005. Saat itu MUI mengeluarkan fatwa palsu terhadap jemaah Ahmadiyah. Saat ini, Ma’ruf menjabat Ketua Komisi Fatwa MUI.
“Kita tahu Pak Ma’ruf dengan fatwa-fatwa dan pernyataan-pernyataannya yang menentang Ahmadiyah sebelumnya sangat merugikan kita. Namun kita tidak melihat kepentingan organisasi, tapi melihat kebutuhan negara,” kata Yendra. .
Iksan Skuter Partai Anjing
Sikap Ma’ruf tidak menunjukkan rasa perlawanan terhadap jamaah Ahmadiyah. Yendra mencontohkan, saat Ma’ruf sakit dan dirawat, banyak jamaah Ahmadiyah yang datang untuk salat.
“Sedangkan untuk pribadinya sendiri selalu kami hormati dan doakan. Soal keputusan yang tidak sependapat dengan kita, itu kekuatan, kita tidak selalu setuju, ujarnya.
Menurut Yendra, banyak pekerjaan rumah yang menanti presiden baru, salah satunya penegakan hukum. Saat ini, menurut Yendra, masih banyak masyarakat yang tidak bisa beribadah karena beberapa gejala.
“Yang menyedihkan adalah hal ini yang didorong oleh pemerintah. “Sebenarnya pemerintah harus menjadi pengayom rakyat, ini jaminan masyarakat bisa hidup dan beribadah dengan tenang,” ujarnya.
Baju Kaos Distro Fashion Stylist Logo Usaha Profesi Penata Mode Busana Agankaos
Sejak lengsernya Soeharto, Lilik kerap datang ke TPS untuk memilih. Katanya, dirinya tidak netral sejak pemilu 1999.
Karena kita tahu bahwa setiap keputusan politik yang kita ambil akan berdampak besar bagi kehidupan kita. Jadi kita tidak bisa menyangkalnya,” ujarnya.
Sementara itu, jurnalis Martin Suryajaya mengatakan jika mereka memilih netral, maka suara mereka tidak akan dihitung di pemerintahan atau sistem yang berlaku di Indonesia. Begitulah, kata penulis buku tersebut
“(Penolakan) tidak mempengaruhi sistem yang ada saat ini. “Posisi kami dalam mata rantai tersebut adalah menghindari permasalahan,” kata alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini.
Baju Kaos Distro Suzuki Satria 120r Hiu Komunitas Otomotif Motor Rider Agankaos
Martin menambahkan, jika netralitas dimaknai kembali sebagai deklarasi pelepasan, lalu apa yang dimaksud dengan pelepasan? Sebab, menurutnya, jika ingin memperjuangkan suatu isu politik saat ini, bisa menggunakan kerangka yang ada saat ini.
Lilik sendiri mengatakan masyarakat belum paham dengan apa yang terjadi saat ini. Menurut dia, ketidakpuasan peserta biasanya menjadi dasar pembahasan soal golput.
“Saya kira ini sangat berbeda dengan amandemen yang pertama kali diumumkan pada tahun 1971. Jadi tidak perlu orang yang tidak senang atau tidak memilih disebut jujur,” ujarnya. “Tanpa paksaan, tanpa iklan. Saya tidak Saya rasa tidak akan ada perbedaan.
Anda mungkin familiar dengan beberapa kata di atas. Lagu tersebut berjudul “Keliru” dengan penciptanya, Mohammad Iksan atau lebih dikenal dengan nama Iksan Skuter (FYI, nama skuter merupakan singkatan dari artis yang tidak dikenal).
Iksan Skuter; Melawan Lewat Kata Dan Nada
Hingga tulisan ini dibuat, lagu yang termasuk dalam album ‘Benderang Terang’ yang dirilis tahun 2016 ini telah ditonton lebih dari 34 juta kali di channel YouTube RASMI IKSAN SKUTER.
Selain “Fenumiai”, beberapa lagu populer pria kelahiran 30 Agustus 1984 itu antara lain “Ayah”, “Pulang”, “Uo Misi”, “Aua le pei Tama”, dan “Shankara”. Lagu-lagu ini mempunyai makna mendalam dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun jika ingin mengenal lebih jauh musisi kelahiran Blora ini, ada banyak lagu yang tak kalah bagusnya dengan lagu-lagu di atas.
Pasalnya sejak awal bersolo karir pada tahun 2012, hingga saat ini Iksan Skuter telah merilis lebih banyak lagu dibandingkan karirnya yaitu total 15 album dan banyak lagu bersama. Saya tidak akan menyebutkan satu album pun dari alumni Universitas Brawijaya ini, karena