Memburu Babi Hutan Dengan Anjing – Padang Panjang – Untuk menekan populasi demam babi di sekitar Padang Panjang dan Nagari Singgalang, PORBBI (Persatuan Olah Raga Berburu Babi Seluruh Indonesia) PABASKO mengerahkan anggotanya untuk melakukan perburuan babi secara massal di kawasan tersebut, Selasa (10/01).
Penyakit demam babi yang akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan jumlah penduduk cukup mengkhawatirkan warga di Hilir Silaing, sebagian Kampung Manggis, dan Jorong Sangkua – Nagari Singgalang. Ada banyak laporan dan keluhan mengenai demam babi yang merusak kebun (budaya asli). Dan masyarakat yang pulang malam juga merasa cemas, karena penyakit demam babi sering muncul di jalan-jalan yang dilalui orang. Sebelumnya perburuan dilakukan, tetapi hanya dilakukan oleh manusia. Sehingga dinilai kurang efektif. Untuk itu, Ketua PORBBI PABASKO Mahendra “Utiah” mengerahkan para pecinta olah raga berburu babi untuk melakukan perburuan massal atas kerusakan yang ditimbulkan oleh babi tersebut.
Memburu Babi Hutan Dengan Anjing
Pengabdian PABASKO PORBBI Nagari ini melibatkan sekitar 1000 masyarakat peminat olah raga berburu babi yang berasal dari Padang Panjang, Batipuh, X Koto dan sekitarnya. Dan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan berburu adalah pertama hutan kecil di Kampung Manggis dekat MAN 3 Padang Panjang hingga Jembatan Aia Putih, kawasan kedua parak belakang balai raya menuju Rumah Sembelih Silaing Hilir, dan kawasan ketiga Jorong Sangkua – Nagari Singgalang. daerah.
Melihat Lebih Dekat Tradisi Berburu Babi Hutan Masyarakat Bugis Soppeng
Dalam perburuan babi pada Selasa (10/1) lalu, sedikitnya 10 ekor babi hutan mati. Namun, banyak anjing pemburu yang terluka. Ada sekitar 50 anjing yang membutuhkan perawatan dan pengobatan. Syukurlah, dukungan tim kesehatan hewan Puskesmas Kota Padang Panjang sangat membantu. Perawatan medis untuk anjing yang terluka diberikan oleh Drh. Indra dan kawan-kawan pun terlibat dalam perburuan besar-besaran ini.
Utiah, sapaan akrab Mahendra mengatakan, kawasan buruan tersebut sudah cukup lama tidak terjamah sehingga menyebabkan populasi babi hutan di kawasan tersebut kian meningkat. Sehingga kedepannya ia bersama PORBBI PABASKO akan melaksanakan perburuan babi massal berikutnya.
Dan untuk kemudahan dalam kegiatan perburuan babi massal ini, surat pemberitahuan umum juga telah disampaikan kepada pihak berwajib, dalam hal ini Polres Padang Panjang Kota. Utiah secara pribadi dan organisasi mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh pecinta olah raga berburu babi, Puskesmas Padang Panjang, Polres Padang Panjang dan masyarakat sekitar. “Atas nama sipangka kami ucapkan terima kasih,” pungkas Utiah. Setiap pagi di akhir pekan, sejumlah masyarakat selalu mengikuti pertunjukan duyung Ngadu untuk melatih anjing pemburu agar tidak takut menghadapi babi hutan. (/Huyogo Simbolon).
, Bandung – Desa Pasir Angin, sebuah desa di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat punya aktivitas unik di akhir pekan. Aktivitas unik tersebut adalah Ngadu Bagong di pagi hari.
Lepas Peserta Buru Babi Bersama Wakapolda Riau, Dr. H. Kamsol
Sejak pagi masyarakat datang untuk menyaksikan adu ketangkasan antara babi hutan dan anjing pemburu. Kegiatan Ngadu Bagong atau Dugong dimaksudkan sebagai tempat melatih anjing pemburu agar tidak takut menghadapi babi hutan.
Ibey (22), salah satu pemilik anjing pemburu, misalnya. Ia sengaja datang ke lokasi dugong bersama puluhan anjing rasnya. Kawanan anjing pemburu itu ditempatkan di dalam sangkar besi.
Ibey merupakan salah satu ras pemilik anjing yang biasa berburu di hutan. Ia mengatakan tujuan bergabung dengan Dugong adalah untuk melatih anjing pemburunya. Itu sebabnya dia selalu pergi ke dugong setiap pagi akhir pekan.
Pemilik anjing gila asal Sumedang ini mengaku memelihara anjing pemburu sejak tahun 2010. Dari awalnya hanya dua, kemudian menjadi 17. Selain dilatih, anjingnya juga mendapat perawatan.
Marah, Babi Hutan Seruduk Dan Gigit Bokong Petani
Sebagian besar anjing pemburu Ibey adalah American Pit Bull Terrier atau disebut Pit Bulls. Sedangkan sebagian anjing lainnya merupakan hasil perkawinan antara pit bull dan anjing kampung.
Sebelum mengikuti kompetisi, Ibey mendaftarkan hewan peliharaannya ke panitia. Untuk sekali penampilannya, Ibey harus merogoh kocek sebesar Rp 50 ribu.
“Ini bukan malam permainan karena biaya pendaftarannya untuk membayar babi hutan. Di sini babi diburu dan yang diburu biasanya dijual,” jelasnya.
Adu ketangkasan anjing pemburu melawan babi hutan akhirnya dimulai pada pukul 12. Sekitar 200-an anjing siap bertarung di arena. Sedangkan babi hutan yang disiapkan panitia saat itu hanya berjumlah tiga ekor.
Babi Hutan Banyak Terkapar, Buru Alek Batipuh Ateh Sukses
Semakin hari, suasana di sekitar arena pertandingan semakin ramai. Tak hanya ramai dikunjungi orang dewasa, anak-anak juga ikut tersesat di tengah keramaian. Bahkan penonton menyaksikan pertandingan dengan penuh konsentrasi.
Lapangan yang disiapkan AJK berukuran lebar sekitar 15 x 30 meter dan terbuat dari bambu dengan tinggi sekitar 5 meter. Di ujungnya terdapat lubang air berukuran sekitar 4 x 4 meter untuk tempat minum babi hutan. Sementara itu, disiapkan tempat khusus untuk memelihara dan melepasliarkan anjing dan babi hutan.
Ada aturan permainan dalam pertarungan dugong. Setiap anjing diberi waktu sekitar lima menit oleh panitia untuk berburu babi. Anjing yang berhasil menggigit harus segera ditangkap oleh pawang yang berpatroli di sekitar arena. Kalaupun tidak bisa menggigit, anjing tersebut harus segera digantikan oleh anjing lain.
Adu keterampilan ini sering kali mengakibatkan hewan terluka. Oleh karena itu, selain menyiapkan operator, AJK juga menyiapkan tim medis.
Serunya Berburu Babi Di Bukit Cambai Kabupaten Solok
Lomba Kelincahan Dugong sendiri digagas oleh Himpunan Konservasi Anjing Pemburu (Hiparu). Sekjen Hiparu, Nurhadi menjelaskan, kegiatan Dugong yang sering dilakukan warga bertujuan untuk melatih anjing pemburu.
“Adu babi hutan yang dilaksanakan setiap minggu ini memiliki manfaat. Karena kegiatan ini dapat melatih naluri berburu,” kata Nurhadi.
Nurhadi mengatakan, bagi petani, khususnya yang tinggal di daerah perbukitan, babi hutan merupakan hama yang merusak tanaman. Hiparu sendiri sering diajak masyarakat untuk berburu. “Kalau ada yang minta berburu, kami dengan senang hati melakukannya,” ujarnya.
Dugong, kata Nurhadi, sudah ada sejak tahun 1960-an. Saat itu, tanaman yang ditanam petani kerap diganggu oleh babi hutan. Berburu merupakan pilihan terakhir pemilik peternakan ketika tanamannya diganggu oleh babi.
Rompi Kerah Pelindung Anjing Berburu Babi Hutan Terbuat Dari Bahan Multilapis Sangat Tahan Ukuran M Pria
Babi hutan tersebut kemudian ditangkap untuk dijadikan bahan pelatihan anjing. Namun seiring berjalannya waktu, suasana pelatihan anjing pemburu dan babi hutan menjadi tontonan masyarakat. Bahkan, sejumlah warga mulai membiakkan anjing khusus untuk aduan. Seiring berjalannya waktu, acara ini akhirnya menjadi semacam tradisi dan diadakan secara rutin.
Nurhadi berharap dengan kegiatan ini para pegiat konservasi anjing pemburu tidak hanya mengembangkan anjing padang rumput murni saja. “Kedepannya kami berharap bisa memanfaatkan kembali anjing desa,” ujarnya.
* Fakta atau tipuan? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp. Nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan mengetikkan kata kunci yang diinginkan.
Link beli Tiket Infinity Konser Coldplay Music of The Spheres di Jakarta seharga Rp 315 ribu hari ini Hobi berburu babi sebenarnya cukup populer di kawasan hutan Aceh. Dengan maraknya urbanisasi, belum banyak anak muda yang menguasai teknik berburu dengan anjing terlatih.
Berburu Babi Dengan Tombak Dan Anjing
Anjing-anjing itu melolong ketika melihat kilatan sosok hitam di tengah hutan lebat. Sekitar 12 pria dewasa di sekitarnya langsung menarik perhatian sambil menodongkan tombak besi dan parang ke semak tempat anjingnya berjalan. Tim terbelah menjadi dua dalam posisi melingkar sambil setengah berlari, memaksa sosok hitam itu keluar dari persembunyiannya untuk menyelesaikannya. Tombak ditusukkan secara bergantian pada sasarannya. Pada percobaan pertama, tidak ada satupun tombak yang mengenai sasaran.
Anjing yang mengaum dan berlari mengelilingi semak bukanlah binatang sembarangan. Pengendus mereka dilatih untuk menghitung hanya satu angka: babi hutan. Kedekatan antara manusia dan anjing seperti ini tidak lazim terjadi di perkotaan Aceh, satu-satunya wilayah di Indonesia yang menerapkan Syariat Islam.
Bagi masyarakat pinggir Aceh, tradisi berburu babi masih populer hingga saat ini. Kegiatan ini selain sebagai hiburan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan Aceh Besar, juga bermanfaat untuk menjaga tanaman padi agar tidak diganggu oleh kawanan babi hutan. Kontributor berkesempatan mengikuti sekelompok pemburu yang mencari babi hutan di Bukit Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Perburuan rutin dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu. Pada hari itu, warga memilih lokasi berburu di kawasan perbukitan dekat Kampung Lampanah, berjarak 7 kilometer dari kampung halamannya dengan berjalan kaki di jalan setapak.
Setelah anjing mengerang, biasanya babi juga mengerang. Namun hutannya begitu lebat sehingga mata manusia sulit menentukan lokasi pastinya. Oleh karena itu, tim harus terdiri dari banyak orang untuk meludah satu per satu. Seringkali tembakan mereka meleset, seperti yang terjadi malam itu. Setelah beberapa kali mencoba dari pagi hingga matahari terbenam di barat, mereka tidak kembali dengan tangan kosong. Dua babi dibunuh. Pemburu meninggalkan satwa liar di jalur hutan, tidak beternak atau membawanya pulang untuk diproses. Mereka masih meyakini ajaran Islam bahwa babi adalah hewan yang haram dan tidak boleh disentuh sama sekali
Rompi Kerah Pelindung Anjing Berburu Babi Hutan Terbuat Dari Bahan Multilapis Sangat Tahan Ukuran 2xl Pria
“Kegiatan berburu ini kami manfaatkan sebagai ajang berbagi pengetahuan tentang alam, mempelajari kebiasaan hewan, serta melatih fisik untuk bergerak cepat dan bereaksi,” kata Muhammad Nur, 53, warga Indrapuri dan salah satu warga desa. sebagian besar pemburu babi hutan yang lebih tua. Dia telah terbiasa berburu anjing selama 15 tahun. Seperti warga Aceh Besar lainnya, ia mempelajari teknik berburu babi karena sering diajak orang tuanya melakukan kegiatan serupa.
Meski anjing berperan penting dalam perburuan babi, Nur mengaku manusia yang terlibat harus memiliki kemampuan bertahan hidup di hutan. Perburuan kemungkinan besar akan berlangsung lebih dari 12 jam. Pemburu juga terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terkadang mengejar babi yang bergerak cepat. Selain berburu dengan anjing, petani setempat juga membuat salju. Teknik yang umum adalah pemasangan kawat jalinan di sekitar taman, digantung di pagar. Beberapa juga menggunakan racun untuk membunuh babi hutan. Biasanya racunnya dioleskan pada singkong, makanan kesukaan babi hutan. Metode racun akhir-akhir ini dihindari karena terkadang hewan peliharaan atau ternak manusia mati.
Muzawwir, selaku tetua adat di Indrapuri, mengakui teknik berburu babi merupakan sebuah ilmu