Not Es Lilin – Nama Fuchrolsia atau yang dikenal dengan Bang Owl sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Bangkok, ia merupakan salah satu pengusaha sukses provinsi Bangkok saat ini.
Perjalanan hidupnya tak semanis sekarang. Bang Ol kecil menjalani hidupnya dengan penuh masalah dan rintangan serta kebahagiaan.
Not Es Lilin
Terlahir dari keluarga terpelajar, dengan tingkat kedisiplinan dan kerja keras yang tinggi, Bang Ol tak menyangka bisa menjadi pebisnis sukses saat ini. Sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara, ia mengalami kesulitan hidup membantu orang tuanya berjualan es loli.
Gea Gf 650 Gf650 Upright Freezer
“Kalau ingat masa lalu, penuh suka dan duka. Dulu saya membantu mamak (ibu) menyiapkan es loli dalam kantong plastik,” ujar Bang pertama kali di awal ceritanya.
Diceritakan Bang Owl, keluarganya berkecukupan karena ayahnya bekerja di Pertamina Ach, bahkan ia dan keluarganya tinggal di komplek perumahan Pertamina Ach yang segala fasilitasnya tersedia. Meski demikian, ayahnya tetap membesarkan putranya dengan penuh disiplin.
“Iya, kami tujuh bersaudara dan aku adalah anak kelima. Sebenarnya bisa dibilang orang tuaku punya cukup uang untuk menghidupi anak-anaknya. Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak kami sudah besar, dan tentu saja biaya hidup hidup meningkat. “Jadi orang tua saya berpikir untuk menyiapkan pengeluaran tambahan untuk keluarga sehingga keluarga kami punya waktu untuk menjual es loli pada saat itu,” kata Bang-ul.
Bang Ol yang besar di Aceh Timur pun bertekad menyelesaikan sekolah di saat penuh rintangan dan perjuangan. Singkat cerita tentang proses perjalanan hidupnya setelah lulus SMA, Bang Owl tak berniat melakukannya. Sempat kuliah karena ingin merantau mencari pekerjaan di Medan, Sumatera Utara.
Jual Lilin Angka Ulang Tahun
“Ayah saya adalah orang yang sangat disiplin dan tegas dalam membesarkan anak-anaknya. Kakak laki-laki saya yang tertua kuliah. Namun ketika saya tamat SMA, awalnya saya tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi karena saya takut membebani orang tua saya. , dia berkata: “Karena semua kakak laki-laki saya sedang belajar, saya pikir saya ingin bekerja di luar negeri.”
Lanjutnya, ayahnya adalah orang yang tegas dan perhatian terhadap anaknya, yang mempercayakan uang kepadanya saat merantau ke Madan.
“Waktu di Maidan, kami sudah punya rumah di sana. Adikku tinggal di sana. Jadi awalnya aku tidak mau kuliah, tapi setelah kurang lebih tiga bulan ke luar negeri, akhirnya aku kepikiran untuk kuliah. mungkin karena aku melihat kakak laki-lakiku, dia berkata, “Yah, uang ayahku sudah digunakan untuk kebutuhan kuliahku.” (Lanjutan dari Part 1)