Istilah kognitif dalam bahasa Indonesia merujuk pada segala sesuatu yang berkaitan dengan proses berpikir, belajar, dan memahami informasi. Istilah ini mencakup berbagai aspek, seperti pengolahan informasi, persepsi, memori, pemikiran, dan pemecahan masalah.
Dalam konteks ilmu psikologi dan pendidikan, istilah kognitif sering digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan mengambil informasi dari lingkungan sekitarnya. Proses ini melibatkan interaksi antara otak, pikiran, dan lingkungan, serta dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perhatian, motivasi, dan emosi.
Dengan memahami pengertian istilah kognitif, kita dapat lebih memahami bagaimana manusia belajar dan mengambil keputusan, serta dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita sendiri maupun orang lain.
Pengertian Kognitif dalam Ilmu Psikologi
Dalam ilmu psikologi, kognitif adalah istilah yang terkait dengan semua aktivitas mental manusia yang terjadi dalam otak seperti persepsi, pemikiran, perhatian, memori, pemecahan masalah, dan bahasa. Adalah sangat penting untuk memahami konsep kognitif karena hal ini sangat berpengaruh dalam pemahaman mengenai perilaku manusia.
Kognitif, pada dasarnya, mengacu pada kemampuan manusia untuk memproses informasi dan menggunakan informasi itu dalam pengambilan keputusan. Karena hal ini, ilmu psikologi kognitif membahas banyak aspek pemrosesan informasi manusia seperti bagaimana otak menyimpan memori jangka panjang, bagaimana manusia mengambil keputusan, dan bagaimana otak mengirimkan informasi ke dalam bentuk bahasa.
Pemrosesan informasi manusia terjadi ketika seseorang terpapar pada suatu stimulus seperti suara atau gambar. Ketika seseorang terpapar suatu stimulus, otak kemudian akan menukar informasi dari lingkungan luar menjadi informasi coded bisa dipahami. Otak kemudian memproses informasi itu lebih lanjut dan menginterpretasikan apa yang dilihat atau didengar tersebut.
Kognitif dalam ilmu psikologi juga melibatkan berbagai macam kemampuan seperti persepsi, memori, pemecahan masalah, perhatian, dan pemikiran kritis.
1. Persepsi
Persepsi adalah kemampuan kita untuk menafsirkan informasi yang diterima melalui panca indera kita. Misalnya, pada saat seseorang melihat ruangan, otak akan mencoba untuk memproses semua informasi visual seperti warna, bentuk, dan ukuran, kemudian menginterpretasikannya menjadi gambaran keseluruhan.
Pemahaman tentang persepsi sangat penting dalam membahas bagaimana manusia menghasilkan pengalaman yang bersifat subjektif, artinya dua orang yang melihat atau mendengar hal yang sama dapat memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantung pada persepsi mereka.
Persepsi sendiri terkait erat dengan kognitif, karena otak manusia pada dasarnya menciptakan pemahaman terhadap dunia berdasarkan pengalaman, ingatan, dan stereotip yang telah terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu, persepsi selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti memori, kepribadian, dan bahkan emosi.
Dalam konteks ini, pemahaman mengenai persepsi manusia sangatlah penting dalam berbagai bidang seperti komunikasi, pemasaran, dan bahkan desain produk, karena persepsi dapat mempengaruhi cara seseorang melihat atau merasakan suatu produk atau layanan.
2. Memori
Memori adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan, mengambil, dan mengingat informasi dari masa lalu. Memori adalah dasar dari banyak fungsi kognitif dan merupakan suatu yang penting dalam proses belajar dan pengambilan keputusan.
Dalam ilmu psikologi, memori dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti memori jangka pendek, memori jangka panjang, dan memori episodik (memori tentang kejadian-kejadian tertentu dalam hidup). Hal ini sangat penting dalam membahas bagaimana informasi dikodekan, disimpan, dan diambil kembali oleh otak manusia dan melihat bagaimana otak menggunakan memori dalam proses kognitif lain seperti pembelajaran dan pengambilan keputusan.
Sistem memori yang baik memegang peran penting dalam kehidupan manusia dan mempengaruhi berbagai bidang seperti pendidikan, psikologi, neurologi, dan bahkan teknologi.
Dalam keseluruhan, kognitif dalam ilmu psikologi adalah dasar dari banyak fungsi mental manusia seperti persepsi, memori, pemikiran, dan pengambilan keputusan. Memahami kognitif sangat penting bagi siapa saja yang ingin memahami perilaku manusia dan faktor yang mempengaruhinya.
Perbedaan kognitif dengan afektif dan psikomotorik
Sebelum membahas perbedaan kognitif dengan afektif dan psikomotorik, kita harus memahami terlebih dahulu bahwa ketiga hal tersebut adalah domain yang berbeda dalam perkembangan manusia. Kognitif adalah domain yang berkaitan dengan proses pemikiran dan pengambilan keputusan. Afektif adalah domain yang berkaitan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Sementara itu, psikomotorik adalah domain yang berkaitan dengan kemampuan fisik dan gerakan.
Perbedaan pertama antara kognitif dengan kedua domain lainnya adalah fokus utama. Kognitif lebih banyak berkaitan dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan yang melibatkan proses-proses kognitif seperti pemecahan masalah, mengingat informasi, dan membuat rasio. Sedangkan afektif dan psikomotorik lebih berkaitan dengan bagaimana individu merespon suatu situasi atau stimulus secara emosional dan fisik.
Perbedaan kedua adalah tujuan pengembangan dan pengukuran. Kognitif biasanya diukur melalui tes kecerdasan yang mengukur kemampuan memecahkan masalah, keterampilan verbal, dan keterampilan numerik. Sementara itu, afektif diukur melalui tes sikap, minat, dan nilai-nilai individu. Psikomotorik diukur melalui tes-keterampilan fisik seperti olahraga atau kesenian.
Perbedaan berikutnya adalah proses belajar dan pengalaman. Kognitif terkait dengan proses kognitif dalam belajar, termasuk pemrosesan informasi melalui pengamatan, asosiasi, dan pengambilan kesimpulan. Sementara itu, afektif lebih berkaitan dengan pengalaman emosional dan pengaruh sosial dalam belajar, serta pengembangan nilai-nilai dan sikap. Psikomotorik terkait dengan pengembangan keterampilan fisik melalui latihan dan pengalaman.
Perbedaan terakhir adalah dukungan yang diperlukan. Pengembangan kognitif membutuhkan dukungan dari guru atau orang dewasa dalam memfasilitasi proses kognitif yang kompleks. Sementara itu, pengembangan afektif membutuhkan dukungan sosial dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk pengembangan nilai-nilai dan sikap yang sehat. Pengembangan psikomotorik membutuhkan latihan dan pengalaman fisik, serta dukungan dari pelatih atau guru yang terampil.
Secara keseluruhan, perbedaan antara kognitif dengan afektif dan psikomotorik adalah bahwa domain kognitif berkaitan dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan, sedangkan domain afektif dan psikomotorik berkaitan dengan respon emosional dan fisik. Dalam tujuan pengembangan dan pengukuran, kognitif biasanya diukur melalui tes kecerdasan, afektif diukur melalui tes sikap dan minat, dan psikomotorik diukur melalui tes-keterampilan fisik. Belajar dan pengalaman juga berbeda dalam setiap domain, begitu juga dengan dukungan yang dibutuhkan untuk pengembangan optimal.
Proses kognitif dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan
Kognitif berasal dari kata kognisi yang berarti kemampuan manusia untuk memperoleh dan memproses informasi yang diperoleh dari pengalaman dan persepsi. Dalam dunia pendidikan, konsep kognitif digunakan untuk menggambarkan kemampuan kognitif siswa dalam menangkap, memahami dan menganalisa informasi yang diterima dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada di dalam otak. Sistem kognitif manusia mencakup banyak hal, seperti pemrosesan informasi, memori, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Jadi, proses kognitif dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan menjadi sangat penting dalam memahami dan menerapkan konsep pendidikan.
Proses kognitif dalam pembelajaran membantu siswa memahami, menerapkan, dan mengevaluasi informasi baru yang diperoleh melalui pengalaman dan pembelajaran. Di sekolah, baik di sekolah dasar, menengah, atau perguruan tinggi, siswa harus mempelajari banyak hal, termasuk fakta, konsep, teori, dan keterampilan. Dalam hal ini, kognisi menjadi sangat penting karena siswa harus dapat memproses dan memahami semua informasi yang diberikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, siswa harus mampu mengenali, mengorganisir, menginterpretasi, dan mengingat informasi yang diberikan oleh guru. Siswa juga harus dapat menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari untuk memecahkan masalah baru dan mengambil keputusan yang tepat.
Pada tahap pengambilan keputusan, proses kognitif berperan dalam membantu seseorang memilih solusi yang terbaik dalam situasi tertentu. Keputusan seringkali diambil berdasarkan pengalaman, persepsi, pengetahuan, dan kepercayaan individu. Dalam hal ini, kognisi menjadi sangat relevan karena seseorang harus dapat memproses dan memahami semua informasi yang ada sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Selain itu, kemampuan untuk menilai situasi dan mengevaluasi alternatif solusi menjadi sangat penting untuk pengambilan keputusan yang sukses.
Salah satu jenis kognisi yang penting dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan adalah memori. Memori adalah kemampuan otak untuk merekam, menyimpan, dan mengambil kembali informasi dari masa lalu. Ada beberapa jenis memori, termasuk memori jangka pendek, memori jangka panjang, dan memori kerja. Memori jangka pendek digunakan untuk menyimpan informasi yang baru saja dipelajari dalam waktu singkat, sedangkan memori jangka panjang digunakan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Memori kerja adalah jenis memori yang digunakan untuk memproses informasi baru saat ini, dan membandingkannya dengan informasi yang telah ada di memori jangka pendek atau memori jangka panjang.
Apa yang kita ketahui tentang memori memiliki dampak besar pada kemampuan kita dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan. Siswa yang dapat mengingat informasi dengan baik, dapat mempertahankan lebih banyak pengetahuan dan menerapkannya pada situasi di dunia nyata. Hal yang sama berlaku dalam pengambilan keputusan; seseorang yang memiliki memori yang baik dapat menilai alternatif dan mempertimbangkan konsekuensi dengan lebih efektif.
Proses kognitif dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan sangat penting bagi kesuksesan pendidikan dan karir. Tampilan pengambilan keputusan yang baik memungkinkan seseorang memilih karir yang cocok dengan minat, kepribadian, dan keterampilannya, sementara tampilan memori yang baik memungkinkan seseorang untuk melihat kembali pengalaman lalu dan memecahkan masalah sulit di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat kemampuan kognitif dengan berlatih dan belajar secara teratur, dengan melalui pendidikan yang baik sehingga dapat membangun masa depan yang sukses dan berkelanjutan.
Gangguan dan Gangguan Kognitif pada Manusia
Kognitif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana manusia memperoleh, memperoleh, dan memproses informasi dari dunia sekitarnya. Kognitif meliputi proses seperti penalaran, pemecahan masalah, ingatan, dan persepsi. Gangguan kognitif terjadi ketika seseorang memiliki masalah dalam suatu aspek dari proses kognitif ini. Ada berbagai macam gangguan kognitif yang dapat terjadi pada manusia, dan artikel ini akan membahas beberapa di antaranya.
1. Demensia
Demensia adalah gangguan kognitif yang pada awalnya mempengaruhi memori dan kemampuan seseorang untuk memproses informasi. Gejala lainnya termasuk kesukaran berfikir, berbicara, menghadapi situasi, serta kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab dari terjadinya demensia bervariasi seperti usia, faktor genetik, dan gaya hidup.
2. Gangguan Spektrum Autisme (GSA)
Gangguan spektrum autisme adalaah gangguan kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dan memproses informasi sosial. Beberapa gejala yang dapat terlihat pada anak yang mengalami GSA adalah kesulitan dalam berbicara, kesulitan dalam menjalin hubungan, serta bersikap berulang-ulang. Penyebab dari terjadinya GSA belum sepenuhnya diketahui, namun diidentifikasi beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya GSA seperti faktor genetik, lingkungan, dan kimiawi.
3. Skizofrenia
Skizofrenia adalah kelainan mental kronis yang mempengaruhi persepsi dan pikiran seseorang. Gejala termasuk halusinasi, delusi, dan masalah dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Skizofrenia dapat memiliki berbagai penyebab, termasuk faktor genetik dan lingkungan.
4. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang mempengaruhi suasana hati seseorang. Gejala termasuk perubahan ekstrem antara fase mania dan depresi. Selama fase mania, penderita gangguan bipolar mungkin terlihat sangat bersemangat dan energik, sementara selama fase depresi, mereka mungkin merasa sangat sedih dan tidak memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu. Penyebab dari terjadinya gangguan bipolar belum sepenuhnya diketahui, namun faktor genetik dan lingkungan telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin.
Secara keseluruhan, gangguan kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi orang yang menderita gangguan kognitif untuk mencari pengobatan dan dukungan yang adekuat. Terapi obat dan terapi perilaku dapat mengurangi gejala dan membantu memperbaiki kualitas hidup seseorang yang mengalami gangguan kognitif. Membantu edukasi masyarakat tentang gangguan kognitif juga dapat membantu menghilangkan stigma yang sering menyertai gangguan kognitif.
Peluang karir bagi lulusan psikologi kognitif
Psikologi kognitif adalah bidang ilmu psikologi yang mempelajari tentang bagaimana manusia memproses informasi, mengingat, dan memecahkan masalah. Jika Anda merupakan seorang lulusan psikologi kognitif, Anda memiliki peluang karir yang sangat menarik di berbagai bidang.
Riset akademik
Sebagai lulusan psikologi kognitif, Anda dapat bekerja di universitas sebagai peneliti atau dosen. Anda bisa melakukan riset dan mengajarkan semua hal tentang kognitif dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi perilaku manusia. Ilmu psikologi kognitif mendapatkan perhatian besar karena sempurna dalam memecahkan masalah. Anda dapat bekerja di lab riset universitas, yang melibatkan kolega di bidang kognitif atau di kampus lain. Di samping itu Anda bisa menulis artikel untuk jurnal akademik.
Psikolog klinis & Konselor
Keterampilan dalam memahami masalah kognitif, sering kali digunakan pada masa kesehatan mental. Sebagai seorang psikolog klinis, Anda dapat membantu orang yang mengalami masalah kognitif seperti anxiety, kecemasan, depresi, atau gangguan tidur. Anda mungkin akan memeriksa pasien, meresepkan pengobatan, dan merujuk klien ke dokter spesialis lain, seperti psikiater. Anda juga dapat bekerja sebagai konselor, misalnya dalam konseling karir. Ini melibatkan membantu klien untuk memahami dan memecahkan masalah, bahkan juga mengembangkan keterampilan yang sudah dimilki, sebagai persiapan menjalankan karir.
Web Developer
Dalam dunia digital seperti ini, Anda bisa mengumpulkan sumber daya, memproses data, membuat keputusan, dan menggunakan keterampilan memecahkan masalah melalui bidang ini. Sebagai Web Developer, Anda bisa menerapkan keterampilan dalam program web, menjalankan database, dan menganalisa data untuk bermanfaat.
Desainer Produk atau UI/UX designer
Seorang desainer produk akan menggunakan pengetahuannya tentang kognitif untuk menjelaskan penggunaan fungsi dan fitur produk. Dalam merancang produk, Anda mempertimbangkan bagaimana manusia memproses informasi dan membuat keputusan. Pemahaman tingkat tinggi tentang kognitif yang dimiliki oleh seorang psikologi kognitif, berguna untuk menjadi seorang desainer UI / UX designer. Tugas yang melibatkan interaksi pengguna atau pelanggan dengan sebuah produk atau layanan.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Keahlian psikologi, khususnya psikologi kognitif, sangat diperlukan dalam manajemen sumber daya manusia. Ini terutama ketika Anda bekerja dalam perusahaan yang memiliki banyak pegawai dan berbagai kebutuhan berbeda. Anda mungkin bekerja dalam tim studi kasus untuk menemukan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Anda juga dapat mengajukan pelatihan tertentu kepada pegawai atau melakukan riset mengenai perusahaan/karyawan. Studi kasus yang terkait mungkin termasuk riset tentang kebijakan yang adil. Ini baru efektif ketika dilaksanakan dan mempertimbangkan semua aspek psikologis, seperti tunjangan atau layanan kesehatan mental.